Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/25002
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.author | FAUZAN, WAHYU PUTRA | - |
dc.date.accessioned | 2024-09-05T02:09:45Z | - |
dc.date.available | 2024-09-05T02:09:45Z | - |
dc.date.issued | 2024-08-26 | - |
dc.identifier.uri | https://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/25002 | - |
dc.description.abstract | Proses penanganan pascapanen bawang merah biasanya dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan radiasi atau sinar matahari sebagai media untuk proses pengeringan bawang merah. Proses pengeringan bawang merah tersebut diaplikasikan di area terbuka yang langsung dipaparkan oleh sinar matahari dengan waktu 7 hingga 9 hari untuk mencapai standar kadar air yang sesuai dengan aturan SNI. Temperatur dan kelembaban menjadi peranan penting yang harus diperhatikan dalam proses pengeringan pascapanen bawang merah. Sebab, ketika temperatur dan kelembaban tidak sesuai dengan standar, maka kualitas proses pengeringan juga tidak akan optimal dikarenakan bawang merah memiliki sifat yang mudah rusak dan tidak tahan lama, serta mudah membusuk. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa peralatan pengering bawang merah menggunakan kolektor surya dengan absorber besi dan pasir pantai, mengetahui temperatur dan kelembaban (Relative Humidity) yang memenuhi kualitas kadar air bawang merah, dan menemukan efisiensi proses pengeringan bawang merah dari standar mutu SNI 01 3159-1992. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan peralatan pengering bawang merah sebagai alat pengujian bawang merah untuk melihat pengaruh temperatur terhadap kadar air yang dihasilkan bawang merah ketika melalui proses pengeringan dengan absorber panas pasir besi yang ditambahkan geram besi hasil pembubutan dan didesain untuk dapat mengalirkan udara panas sebesar 45 ℃ ketika posisi puncak matahari dan 20 – 25 ℃ ketika pada malam hari. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi efektif matahari, yaitu pukul 08:00 – 14:00 WIB didapat temperatur ruang pengering optimal pada temperatur ± 39,1 oC dan temperatur dapat bertahan karena ruang pengering yang diisolasi dengan temperatur 31,8 oC pada pukul 20:00 WIB. Didapat penurunan massa sebesar 15,3% ini menunjukkan bahwa penurunan kadar air bawang merah dapat dilakukan telah mencapai target kadar air sebesar 85 – 80% dari total massa. Karena penurunan massa ini secara langsung mencerminkan hilangnya kelembaban bawang merah, maka dapat disimpulkan bahwa proses pengeringan berhasil menurunkan kadar air hingga mencapai tingkat yang sesuai dengan mutu standar, yakni standar yang ditetapkan oleh SNI tentang standar mutu nasional bawang merah sesuai dengan mutu I dengan kadar air maskimum 85 – 80% dengan kelembaban rata – rata 60 – 70%. | en_US |
dc.subject | Bawang merah | en_US |
dc.subject | kolektor surya | en_US |
dc.subject | absorber besi dan pasir pantai | en_US |
dc.subject | kelembaban | en_US |
dc.subject | temperatur | en_US |
dc.subject | SNI | en_US |
dc.title | ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KADAR AIR BAWANG MERAH MENGGUNAKAN PERALATAN PENGERING BERBASIS IOT DENGAN TEKNOLOGI KOLEKTOR SURYA | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |
Appears in Collections: | Mechanical Engineering |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Skripsi_Fauzan Wahyu Putra_2007230114.pdf | 3.41 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.