dc.description.abstract |
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur budaya yang terdapat dalam novel Jendela Seribu Sungai Karya Miranda dan Avesina Soebli. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Jendela Seribu Sungai Karya Miranda dan Avesina Soebli yang diterbikan oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2018 dengan tebal 297 halaman. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman dokumentasi. Pedoman dokumentasi dilakukan dengan menganalisis antropologi sastra novel Jendela Seribu Sungai Karya Miranda dan Avesina Soebli. Variabel penelitian ini adalah isi novel Jendela Seribu Sungai Karya Miranda dan Avesina Soebli yang berhubungan dengan aspek antropologi sastra yang meliputi aspek mitos, adat-istiadat, pamali, tradisi/ kebiasaan, ritual, mantra dan sistem religi/ kepercayaan. Dari hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa aspek mitos yang ada di dalam novel Jendela Seribu Sungai Miranda Seftiana dan Avesina Soebli yang berkembang di masyarakat seperti: orang Banjarmasin percaya bahwa usia kandungan 7 bulan banyak diikuti roh halus bayi akan sulit lahir jika tidak di tebus, pada acara tujuh bulanan apabila mengambil kue kawari maka anaknya laki-laki dan jika kue samban maka anaknya perempuan, dan masyarakat banjar percaya menelan udang hidup-hidup dengan jumlah ganjil akan membuat cepat berenang. Adat istiadat seperti: upacara Aruh Ganal (upacara adat pesta panen), acara mengangkat seorang balian menjadi damang itu sebutan untuk jabatan adat yang mengepalai 40 balai sekecamatan. Dipilih per 6 tahun sekali. Acara tian mandaring dan ngaben. Terdapat pamali seperti: tidak boleh mengusir leluhur yang bertandang takut kualat dan dalam kepercayaan orang dayak meratus pamali membangun balai di hari sabtu. tradisi/ kebiasaan seperti: kebiasaan orang banjar yang suka sekali memberi nama anak yang baru lahir pada apa yang pertama kali dilihat, suka melakukan pengulangan kata, memakamkan sanak keluarga di halaman rumah, tampung tawar, festival terapung, festival tanglong dan tradisi bagarakan. Terdapat ritual-ritual seperti: bapalas (ritual penyucian dari etnis suku dayak meratus), badudus (ritual siraman bagi keturunan raja) dan tatamba. Terdapat mantra seperti: mantra suku dayak meratus yang dibacakan seorang ayah untuk keselamatan anaknya yang akan lahir, mantra pembuka upacara aruh ganal dan mantra tatamba. Terdapat kepercayaan/ sistem religi seperti keyakinan kaharingan (agama tradisional suku dayak meratus sebelum agama lain memasuki kalimantan) dan suku banjarmasin mengikuti ajaran agama islam. |
en_US |