dc.description.abstract |
Latar Belakang: Insidens demam tifoid yang tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika Selatan . Insidens demam tifoid yang tergolong sedang berada di wilayah Afrika, Amerika Latin dan Oseania,serta yang termasuk rendah di bagian benua lainnya. Insidens demam tifoid di Indonesia banyak dijumpai pada populasi yang berusia 3-19 tahun, ditjen bina upaya kesehatan masyarakat departemen kesehatan RI tahun 2010, melaporkan demam tifoid menempatkan urutan ke-3 dari 10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia.. Berdasarkan profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008 demam tifoid yang rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit terbesar yaitu 661 penderita dari 12.876 paien rawat jalan, sedangkan rawat inap di Rumah sakit menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbesar yaitu 1.276 penderita dari 11.182 pasien rawat inap. Penatalaksaan untuk demam tifoid terdiri dari istirahat, perawatan diet dan terapi penunjang, serta yang paling penting adalah terapi medikamentosa yaitu dengan pemberian antibiotik serta pemberian antipiretik. Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang bertujuan mengetahui profil dan pengobatan pasien demam tifoid di bagian penyakit dalam RS. Pirngadi Medan tahun 2016 melalui data rekam medik. Hasil: Berdasarkan jeni kelamin, laki-laki sebanyak 33 sampel dan Perempuan sebanyak 49 sampel. Berdasarkan umur, remaja sebanyak 6 sampel, dewasa muda sebanyak 47 sampel, dewasa sebanyak 27 sampel, lanjut asia sebanyak 2 sampel. Berdasarkan pekerjaan pelajar sebanyak 6 sampel, mahasiswa sebanyak 21 sampel, PNS sebanyak 7 sampel, wirawasta sebanyak 15 sampel, pegawai swasta sebanyak 10 sampel, pensiunan sebanyak 4 sampel, petani sebanyak 2 sampel, IRT sebanyak 14 sampel, tidak bekerja 3 orang. Berdasarkan pengobatan antibiotik, sifrofloksasin sebanyak 25 sampel, levofloksasin sebanyak 9 sampel, seftriakson sebanyak 37 sampel,sefiksim sebanyak 7 sampel, sefadroksil sebanyak 1 sampel, sefatoksim 1 sampel, kotrimoksazol 1 sampel. Berdasarkan pengobatan antipiretik, parasetamol sebanyak 82 sampel. Kesimpulan: Profil pasien demam tifoid di RS. Pirngadi tahun 2016 umunya paling terbanyak perempuan, mahasiswa dan dewasa muda. Pengobatan demam tifoid di bagian pemyakit dalam RS. Pirngadi tahun 2016 umumnya menggunakan antibiotik seftriakson dan menggunakan antipiretik parasetamol. |
en_US |