dc.description.abstract |
Pendahuluan. Data dari WHO menunjukkan sekitar 14% remaja mengalami
gangguan kesehatan mental, termasuk stres. Di Indonesia, data Riskesdas
menunjukkan bahwa 9,8% atau 26.754.000 remaja mengalami stres dan depresi.
Masa remaja merupakan periode kritis dalam perkembangan individu, yang
melibatkan perubahan fisik, emosional, dan psikologis. Perubahan fisik yang pesat
selama pubertas dapat memengaruhi persepsi remaja terhadap tubuh mereka (body
image). Persepsi ini sering kali dipengaruhi oleh standar kecantikan yang berlaku
di masyarakat, media sosial, dan tekanan teman sebaya. Ketidakpuasan terhadap
body image dapat meningkatkan risiko stres, kecemasan, dan gangguan psikologis
lainnya. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analisis korelatif dengan
pendekatan cross-sectional, dengan mengamati data primer melalui penyebaran
kuesioner kemudian dianalisis dengan menggunakan Spearman’s rho. Hasil. Uji
korelasi spearman’s rho, diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,634 dan nilai
signifikansi (p-value) sebesar <0,001 antara hubungan body image dengan tingkat
stres. Mayoritas responden berusia 15 tahun (64 responden atau 69,6%) dan
responden didominasi dengan jenis kelamin perempuan (48 responden atau
52,5%). Selain itu Perempuan lebih banyak berada dalam kategori berat badan
<50 kg, Di sisi lain, laki-laki yang lebih banyak berada dalam kategori berat
badan ≥50 kg, dalam kategori tinggi badan, dengan perempuan lebih dominan
pada kategori tinggi badan <160 cm (82,6%) dan laki-laki lebih dominan pada
kategori ≥160 cm (78,3%). Secara keseluruhan, mayoritas subjek memiliki
gambaran terhadap body image dengan skor sedang (47 responden atau 51,1%)
dan Tingat stres dengan kategori sedang (52 responden atau 56,5%). Kesimpulan.
Terdapat arah korelasi negatif dengan koefisien korelasi yang menunjukkan
tingkat kekuatan hubungan yang kuat antara body image dan tingkat stres.
Artinya, semakin baik body image seseorang, maka tingkat stres cenderung lebih
rendah, dan sebaliknya. |
en_US |