Abstract:
Pendahuluan : Salah satu faktor risiko utama PKV adalah diabetes
melitus, sebuah kondisi metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemia atau
kadar gula darah yang tinggi secara terus-menerus. Senyawa metabolit sekunder
dalam minyak kelapa sawit dapat memiliki efek protektif terhadap berbagai
kondisi penyakit. senyawa ini memiliki potensi untuk melindungi terhadap
kerusakan oksidatif dan inflamasi, yang merupakan mekanisme kunci dalam
patogenesis PKV yang diinduksi oleh diabetes. Metode : Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental in vivo, dengan desain penelitian posttest
only control group design. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2024 – Januari
2025 di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tikus strain Wistar Jantan dengan Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik sampling kuota (quota sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 30 tikus.
Tikus dibagi menjadi 5 kelompok : kelompok negatif, kelompok perlakuan,
perlakuan ekstrak kelapa sawit dosis 100 mg/kgBB, perlakuan ekstrak kelapa
sawit dosis 200 mg/kgBB dan perlakuan ekstrak kelapa sawit dosis 300 mg/kgBB.
Tikus dilakukam aklimatiasi selama 7 hari, kemudian kelompok kontrol positif
diberikan perlakuan selama 4 minggu dengan ketentuan setiap kelompok. Analisis
data menggunakan analisis uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Hasil : Nilai mean dan standar deviasi pada kelompok KN sebesar 0,00
dan 0,000, KP sebesar 2,00 dan 0. Pada P1 didapati nilai mean dan standar deviasi
sebesar 2,00 dan 0,00, Pada sebesar 1,2 dan 1,06 dan Pada P3 sebesar 1,12 dan
0,9. Dari hasil uji Kruskall – Wallis didapati nilai signifikan sebesar 0,003 p-value
(<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa KN, KP, P1, P2, dan P3 memiliki
perbedaan yang signifikan. Pengaruh pemberian ekstrak buah kelapa sawit dengan
dosis 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 300 mg/kgBB dilakukan uji Mann –
Whitney didapatkan nilai signifikan sebesar 0,008 p-value (<0,05) sehingga
terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok ataupun variable.
Kesimpulan : Pemberian ekstrak buah kelapa sawit dosis 300 mg/kgBB lebih
baik dibandingkan dengan pemberiaan ekstrak buah kelapa sawit dosis 100
mg/kgBB dan 200 mg/kgBB