Abstract:
Seseorang yang memiliki gangguan penglihatan tentunya memerlukan layanan khusus
dalam melakukan aktivitas sehari hari. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari,
penyandang tunanetra biasanya didampingi oleh seseorang (relawan) yang membantu
mereka untuk melakukan hal penting dalam hidupnya, seperti menemukan barang
hilang atau terjatuh, , mencocokkan warna, membaca label, mengetahui tanggal
kadaluarsa produk makanan, membedakan barang-barang yang berbeda, hingga
mengecek apakah lampu menyala atau tidak. Sementara itu para pendamping mereka
(relawan) tidak selalu berada di samping mereka selama 24 jam karena memiliki
kesibukan yang lain. Melalui permasalahan tersebut saya berinisiasi untuk membuat
solusi berupa pengembangan model microvoluntter berbasis aplikasi digital sebagai
mediator relawan dan tunanetra dalam penelitian ini. Metode penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Participatory Action Research
(PAR), dimana salah satu pendekatan penelitian kualitatif yang digunakan untuk
menerapkan teori dengan mengembangkan dan melaksanakan tindakan yang bertujuan
mengubah lingkungan dan kondisi sosial. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa terdapat 4 aspek perubahan sebelum dan sesudah diterapkan
aplikasi MATA KITA kepada penyandang tunanetra di DPD PERTUNI SUMUT. Pada
aspek keamanan dengan adanya aplikasi ini penyandang tunanetra merasa aman karena
data penyandang tunanetra persifat anonim dan tidak terjadi kontak fisik. Pada aspek
kenyamanan para penyandang tunanetra lebih merasa nyaman ketika meminta tolong
menggunakan aplikasi MATA KITA karena tidak dibantu oleh orang yang sama. Pada
aspek perasaan independen Penyandang tunanetra dapat leluasa dalam melakukan
aktivitas karena memiliki pendamping virtual. Pada aspek efesien melalui aplikasi
MATA KITA Penyandang tunanetra merasa dapat meminta bantuan kapan dan dimana.