dc.description.abstract |
Minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara penyulingan. Penyulingan adalah
suatu proses pemisahan komponen-komponen dari minyak nilam atau bahan
lainnya berdasarkan perbedaan titik uap dari dua jenis atau lebih komponen. Selama
proses penyulingan, campuran uap air dan uap minyak atsiri akan menetes terus
menerus hingga tetesan minyak terakhir. Saat ini, sebagian besar peralatan suling
uap yang ada di masyarakat dan petani penyuling minyak nilam masih
menggunakan ketel suling konvensional (tradisional) yang sangat sederhana,
Pengembangan teknologi yang cukup cepat mengharuskan kita harus lebih
berinovatif dalam berbagai metode yang ada agar dapat mencapai standar mutu
dalam penyulingan minyak atsiri. Penggunaan energi listrik dalam memproduksi
minyak atsiri merupakan inovasi yang masih belum banyak digunakan. Banyaknya
kendala saat menggunakan alat penyulingan konvesional seperti tidak stabilnya
suhu pada saat penyulingan, kecilnya rendemen yang dihasilkan serta teknologi
yang dipakai masih tradisional yang menyebabkan kualitas yang dihasilkan masih
jauh dari kualitas yang diinginkan. Dari pembuatan tabung ketel ini, didapat ukuran
tabung ketel dengan cara mengelas plat stainless dengan ukuran L 300 mm x T
1220 mm, kepala ketel berbentuk kerucut dengan cara mengelas plat stainless
dengan ukuran L 300 mm x T 150 mm, keranjang buah atau saringan bahan dengan
cara mengelas plat stainless dengan ukuran L 290 mm x T 300 mm, tabung
kondensor dengan cara mengelas plat stainless dengan ukuran L 300 mm x T 1220
mm dan pipa spiral berukuran panjang 2500 mm dengan 11 liltan di dalam tabung
kondensor, bak air berbentuk kubus dengan cara mengelas plat stainless dengan L
400 mm x T 410 mm, dan membuat rangka dudukan alat penyulingan dengan cara
memotong dan mengelas besi stainless hollow yang berjumlah 4 buah kaki dengan
ukuran T 250 mm, besi hollow penyambung antar kaki dengan panjang 1200 mm 4
buah dan panjang 600 mm 4 buah |
en_US |