Abstract:
Latar iBelakang: Indoinesia merupiakan sialah saitu Negiara yang secara turun
temurun masih menggunakan obat tradisional sebagai pengobatan. Aktivitas
farmakologi dari daun seledri yaitu sebagai anti mikroba, anti bakteri dan anti
inflamasi. Sebagai salah satu bahan herbal, seledri (Apium graveolens) memiliki
potensi untuk dikembangkan sebagai obat anti-inflamasi karena mengandung
senyawa utama apiin yang merupakan zat metabolit utama untuk anti-inflamasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimental. 30 ekor tikus
dibagi lima kelompok yaitu tikus luka bakar grade IIA yang diberi sulfadiazine
krim, kontrol negatif, sediaan gel seledri dengan konsentrasi 1%, 2% dan 4%,
rerata jumlah hari penyembuhan luka diuji dengan One-Way ANOVA. Hasil:
Rata-rata penyembuhan luka bakar derajat IIA pada kelompok kontrol positif 7,5
hari, pada kontrol negatif 17,3 hari, perlakuan I 13,6 hari, perlakuan II 9,5 hari,
pada perlakuan III 9,0 hari, uji one way anova nilai (p < 0,05) yaitu ditemukan
perbedaan signifikan kepada kelompok perlakuan. Uji post hoc menunjukkan
antara kelompok positif dengan kelompok perlakuan 3( p=0.061) tidak berbeda
bermakna. Kesimpulan: Gel seledri (Apium graveolens) efektif meyembuhkan
luka bakar tikus putih wistar grade IIA dengan dosis 4%.