dc.description.abstract |
Latar Belakang: Penyakit autoimun ialah penyakit yang terjadi dikarenakan kekacauan sistemimun dimana sel-sel imun yang ada di dalam tubuh menyerang tubuh sendiri.Ada beberapa faktoryang mempengaruhi terjadinya penyakit autoimun yaitu infeksi hormonal, lingkungan, genetikdan obat. Rheumatoid Arthritis ialah penyakit rematik yang terjadi akibat gangguan autoimun atau sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh. Rheumatoid Arthritis juga memengaruhi lapisan sendi (sinovium). Pada umumnya penderita Rheumatoid Arthritis mengkonsumsi obat-obatan untuk menghilangkan rasa nyeri tetapi obat tersebut dapat menimbulkan efeksamping pada ginjal seperti perdarahan gastrointestinal dan komplikasi ginjal. Untuk menghindari efek tersebut maka upaya tatalaksana non farmakologi ialah terapi bekam. Bekam ialah memantik (mengeluarkan) darah dari badan orang (dengan menelungkupkan mangkuk panas pada kulit menjadi bengkak kemudian digores dengan benda tajam supaya darahnya keluar). Terapi bekam dapat membantu meredakan nyeri, kaku dan spasme otot. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan perbaikan pada salah satu marker inflamasi terhadap penyakit Rheumatoid Arthritis yaitu C-Reaktif Protein, saat setelah dilakukannya terapi bekam Di
Klinik Sehat Dr Abdurrahman. Metode: Penelitian yang digunakan ialah analitik komparatif yang dilakukan secara observasional, dengan menggunakan desain penelitian pendekatan studi cohort prospektif dan diamati efek yang terjadi pada satu kelompok tanpa kelompok pembanding dengan membandingkan pre-post test. Hasil: pada penelitian ini dijumpai 6 responden laki-laki dan 6 responden perempuan kemudian dijumpai bahwa bekam basah memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar CRP pada rheumatoid artritis dan dapat menormalisir setelah di bekam basah. Kesimpulan: Dijumpai bahwa bekam basah memiliki pengaruh dalam menurunkan kadar CRPpada rheumatoid artritis dan dapat menormalisir setelah di bekam basah. |
en_US |