dc.description.abstract |
Penyakit kecacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di
perkotaan.Angka infeksinya tinggi, tetapi frekuensi infeksinya (jumlah cacing
dalam perut) berbeda. Indonesia menempati peringkat ke dua negara kawasan
Asia Tenggara untuk kebutuhan pengobatan kecacingan pada anak dengan
presentase 15% setelah India pada prioritas pertama dengan presentase 61%.
Dampak negatif yang dapat terjadi akibat STH adalah kondisi kesehatan menurun,
gastroenteritis, diare, pneumonia, asma, apendisitis, dan gizi kurang yang dapat
menyebabkan anemia, defisiensi vitamin dan besi dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, mental, dan prestasi belajar
yang nantinya produktivitas anak kemudian hari berkurang. Anemia defisiensi
besi dapat berdampak pada pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan otak,
serta meningkatkan risiko penurunan daya tahan tubuh yang menyebabkan
seseorang rentan terhadap infeksi. Metodologi : Penelitian ini menggunakan
metode penelitian observational dengan pendekatan cross sectional. Subjek pada
penelitian ini adalah anak SD Negeri Kutambalin, kecamatan Naman Teran,
Sumatra Utara. Dengan jumlah sampel 16 anak. Analisis data menggunakan uji
fisher’s exact. Hasil Penelitian : Dari 16 sampel dilakukan pemeriksaan feses
dengan metode diret slide didapatkan 4(25%) sampel mengalami infeksi STH dan
pada pemeriksaan darah 1(6,25%) sample mengalami penurunan kadar serum
besi. Kesimpulan : Didapatkan bahwa tidak ada penurunan antara kadar serum
besi pada darah dengan angka kejadian infeksi STH. |
en_US |