dc.description.abstract |
Latar belakang: Rinosinusitis kronik mempunyai prevalensi tinggi dimasyarakat dunia. Menurut European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps 2012 (EPOS) yaitu sebanyak 10,9% dengan variasi geografis Rinosinusitis kronis secara nyata menurunkan kualitas hidup penderita akibat dari gejala yang biasanya muncul. Untuk penyakit kronis seperti rinosinusitis, kualitas hidup penderita adalah hal yang penting dalam memantau keparahan penyakitnya. Studi menunjukkan lebih dari 75% pasien dengan rinosinusitis kronis, memiliki kualitas hidup yang buruk sesuai dengan derajat keparahan rinosinusitisnya, Terapi yang direkomendasikan European Position Paper on Rinosinusitis and Nasal Polyps 2012 (EPOS 2012) untuk rinosinusitis kronis adalah cuci hidung.Peneliti tertarik untuk melihat perbedaan skor SNOT 22 sebelum dan sesudah pemberian larutan hipertonik dan isotonik penderita rinosinusitis kronis. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor sino nasal outcome test 22 sebelum dan sesudah pemberian larutan hipertonik dan isotonik pada pasien rinosinusitis kronis. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni dengan desain penelitian Randomized Control Trial Pre dan Post Test Design .Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita rinosinusitis kronis. Hasil: Secara keseluruhan, selama dua minggu masa terapi, didapati 20 responden hipertonik, dari 20 seluruhnya dengan kualitas hidup baik sedangkan 20 responden isotonik,19 dengan kualitas hidup baik dan 1 dengan kulaitas hidup buruk berdasarkan hasil uji McNemar, diperoleh nilai p = 0,000 < 0,05, maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian cuci hidup larutan hipertonik dan isotonik Kesimpulan: Larutan salin hipertonik dan isotonik efektif dalam menurunkan tingkat keluhan gejala klinis penderita rinosinusitis kronik
Kata kunci : larutan hipertonik, larutan isotonik, Rinosinusitis kronis, kualitas hidup, SNOT-22 |
en_US |