dc.description.abstract |
Pendahuluan: Prevalensi pasien dengan luka adalah 350 per 1000 populasi penduduk di dunia. Sedangkan prevalensi di Indonesia sebesar 8.2% dengan angka tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Selatan yaitu 12.8%. Penyebab luka tertinggi di Indonesia adalah luka lecet sebesar 70.9%, luka jatuh sebanyak 40.9% kemudian disusul kecelakaan motor sebanyak 40.6%. Pada umumnya terapi yang digunakan untuk luka yaitu povidone iodine. Namun povidone iodine memiliki sifat iritatif pada kulit dan menimbulkan efek toxic. Ditinjau efek samping dari povidone iodine, maka diperlukannya alternatif lain untuk mengobati luka. Menurut penelitian kandungan zat aktif seperti beta-glukan memiliki peran sebagai anti inflamasi dan anti bakteri.
Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah True Experimen dengan rancangan post test only controlled group design. Penelitian ini menggunakan mencit wibstar jantan yang diberikan luka sayat sepanjang 1cm dengan kedalaman 0,2 cm pada bagian punggung. Kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kontrol negatif dan kontrol positif. Pada kontrol positif, diberikan beta-gluka dari ragi roti (saccharomyces cerevisiae) selama 7 hari pada waktu yang sama.
Hasil: Pada penelitian didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. Pada data analisis uji T dihari ke 2 hasilnya p<0.05. artinya kelompok yang diberi beta-glukan dari ekstrak ragi roti (saccharomyces cerevisiae) lebih cepat mengalami proses penyembuhan luka.
Kesimpulaan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara waktu penyembuhan luka antara kelompok tanpa perlakuan dan kelompok dengan perlakuan.
Kata Kunci : Beta-glukan, Ragi roti, Saccharomyces cerevisiae, Luka sayat Korespondensi : Nita Andrini, FK UMSU, E-mail : nita.andrini@gmail.com |
en_US |